Listen to the silence. It's telling the truth.

by - October 22, 2025

Hari ke 22 kita berbeda dunia..

Aku tak tahu bagaimana rasa ini bermula, ia datang seperti desir angin yang menelusup ke dada, pelan namun nyata. Membuat setiap tarikan nafas menyebut namanya tanpa suara. Ku peluk kehilangan seperti biasa, mesti hatiku retak tiap kali berpura.

"Kupaksa senyum dalam cahaya, padahal jiwaku mendung dan tak punya payungnya.
Kukira aku cukup , ternyata belum juga. 
Ku kira aku kuat, ternyata hanya menahan luka.
Ku kira yang pergi akan kembali juga, nyatanya hanya kenangannya yang tersisa.


Tapi ternyata waktu, tidak menyembuhkan, ia mengajari untuk tidak menggenggam terlalu lama. Ia membimbing tangan yang tadinya menggigil, menjadi tenang meski tak tahu harus kemana. Sebab yang tulus tak selalunya menetap dan yang ia akan hilang secara tiba-tiba... Kerana engkau milik-Nya. 

Lalu dari jauh, tanpa suara, seperti embun yang datang tanpa diminta, terdengar satu kalimat didada : ternyata ini benar belaka. kita tak sama dunia. Pada akhirnya .. ketika semua orang menjauh ternyata Engkau masih begitu dekat. Seperti angin yang menyapa wajah.

Bukan kerana senyum atau rupa, melainkan cara diamnya membawa ku kembali melangitkan doa-doa yang menyimpan rahsia "kita"  pada malam yang menampung seluruh rasa.

Dari kejauhan yang tak bernama, menyebutnya dalam sujud yang tidak meminta, menjaganya dalam sabar yang tak bergema, menanti tanpa mengusik jalan cerita. Rinduku tak berisik seperti tanya, ia diam tapi ada sesalan didada, menyatu dalam denting waktu yang tak terbaca, menguatkanku saat dunia terasa hampa.

Berat, bukan? menahan airmata yang tiba-tiba datang tanpa alasan, menyebut nama seseorang yang kini ada dalam ingatan. Dan berpura-pura sudah kuat padahal hatinya sedang belajar redho tentang ketentuanNya. Perlahan....


Ada nama yang tak pernah kupanggil, namun diam-diam menetap disanubari. Ada wajah yang tak pernah ku miliki, namun bayangnya tak pernah pergi. Kepadamulah lirih ini bermuara, seakan semesta tahu, engkaulah rahsia yang menenangkan jiwaku. Kau hadir tanpa gaduh, tanpa riuh namun sederhana, namun cukup untuk membuat hatiku teduh. Yang senantiasa menyekap di hatiku.

Ada doa yang kutitipkan pada malam yang basah, ada rindu yang kusimpan dalam diam yang payah. Aku tahu, ada jarak yang membentang, ada waktu yang tak ramah. Namun bagaimana mungkin aku berpaling, bila bayangmu tak pernah punah!

Maka kutitipkan rahasia ini pada semesta, kutitipkan rinduku pada Dia yang menggengam segala asa (harapan). Jika kelak takdir menautkan kita dijalan yang sama, biarlah luka menjadi saksi, biarlah doa menjadi bahasa.

Semoga Allah sentiasa menjagamu. Duhai seseorang yang berhasil telah menyekap hatiku.
Tubuh ini telah biasa menahan luka, tapi untuknya, aku belajar menjaga, bukan kerana ingin memilikinya, melainkan kerana aku ingin rasa ini tetap suci dimataNya. Walaupun aku adalah seorang pendosa. 


Jika ia takdir yang dititipkan semesta, ia akan datang tanpa perlu dicari oleh siapa, ia akan tiba dalam bentuk cahaya, yang tak hanya menyembuhkan, tapi juga mengajakku pulang pada-Nya.

Hingga hari ini menyapa, aku masih tak percaya. Adakah ini mimpi atau di alam nyata.. Meskipun lena ku tak seindah dulu, airmata menjadi peneman setia.. Bayang mu ada dimana-mana.  Semoga dinegeri abadi nanti, kita kembali  tanpa airmata, hanya damai dan bahagia semata.

Mereka pernah berkata :
 
"Allah akan menghapuskan perasaanmu, jika memang orang itu tidak baik untukmu, tapi jika perasaanmu terus ada kepada orang yang bukan milikimu, bererti dia baik bagimu namun tidak diciptakan untukmu."

You May Also Like

0 Comments